Disebuah hutan hiduplah seekor kura-kura. Dia adalah mahluk yang berakal. Suatu hari dia masuk ke tengah hutan untuk bertemu teman-temannya. Secara perlahan ia berjalan, akhirnya sampai juga dia ke tempat teman-temannya.
Ternyata ditempat itu sedang ramai karena ada seekor kijang yang tiba-tiba datang dan menyombongkan diri di hadapan hewan-hewan lainnya. Dia menyombongkan tanduk dan kecepatan larinya. Hewan-hewan disitu tidak ada yang mau meladeni si kijang. Si kura-kura pun perlahan mendekati kerumunan.
Lalu kura-kura ini dilihat oleh kijang sedang berjalan tertatih-tatih.
Maka kijang tertawa dan berkata,
“Pelan sekali jalanmu? Jika kau bertanding denganku, sudah pasti kamu tidak akan menang”, kata kijang kepada kura-kura. Kura-kura diam, lalu dia pun membalas.
“Wahai kijang, tidaklah aku mampu menang atasmu. Aku saja sudah susah karena berat rumahku ini, apalagi bentukku tidak seperti anda yang elok.”
“Haha, berarti kau mangakui aku sebagai hewan yang elok dan kuat”, kata kijang seusai mendengar jawaban kura-kura.
“Tidak, sebelum anda mengalahkan saya. Dengar! Saya berkata kepada anda, jika anda mampu mengalahkan saya, saya akan mengakui anda sebagai hewan yang terkuat dan elok di hutan ini”, kata kura-kura.
Lalu kijang tadi terdiam. Dia memikirkan lomba apa yang tidak bisa dia menangkan”, lalu berkatalah ia.
“Mau bertanding apakah kau ini? Lomba seperti apakah yang tidak mampu kumenangkan? Katakanlah, akan kuikuti”, kata kijang.
“Lomba dibakar, siapa yang duluan mati dialah yang kalah, berani tidak?”, tantang kura-kura.
Mendengar hal itu kijang pun menjadi takut. Menurutnya tidak ada hewan yang mampu selamat dari kobaran api. Terpikir olehnya jika kura-kura memperdaya dirinya supaya dia mati terbakar sedangkan kura-kura tidak.
“Baiklah, tetapi kamu sebagai penantang yang duluan dibakar”, jawab kijang.
“haha, baiklah biar saya yang duluan dibakar”,kata kura-kura, kemudian berkata juga dia kepada hewan-hewan di hutan itu, “wahai kalian para hewan penghuni hutan, kalian sudah mendengar kesepakatan kami. Kami akan bertanding dibakar hidup-hidup. Siapa yang duluan mati dialah yang kalah, sedangkan yang menang akan dihormati di hutan ini...”
Setelah menyepakati hal tersebut, kijang pun pulang. Jika kura-kura berani, kenapa dia harus takut pikirnya dalam hati. Kura-kura dan hewan lainnya melihat si kijang berlalu dari pandangan mereka.
“Yakinkah kamu mampu untuk dibakar hidup-hidup?”, kata tupai.
“Kenapa tidak? Sudahlah, besok kamu datang sambil membawa teman-teman yang lain untuk menyaksikan kami bertanding”,kata kura-kura,”oh iya, yuk kita menyiapkan kayu api”.
Keesokan harinya kayu api sudah siap. Kura-kura telah berada disitu menunggu kedatangan kijang. Menurutnya kijang takut menghadapi perlombaan dengannya. Tetapi tak lama kemudian kijang datang.
“Mari kita mulai”, kata kijang kepada kura-kura.
“mari”
Bersiaplah kura-kura, ia pun masuk ke dalam tumpukan kayu api. Sekarang giliran kijang yang membakar kura-kura.
“apakah kamu siap wahai kura-kura?”, kata kijang.
“Belum, saya sedang mempersiapkan tubuh saya”, kata kura-kura sambil menggali lubang untuk berlindung.
Tak lama kijang berkata lagi,”sudah atau belum?”
“Belum, sebentar lagi”, kata kura-kura. Hampir satu depa kura-kura menggali, kemudian dia berkata,”Silahkan bakar saya.”
Kijangpun menyalakan api dan membakar habis kayu yang menutupi kura-kura. Menurutnya kura-kura pasti mati.
Tak lama habislah kayu tadi terbakar. Setelah itu keluarlah kura-kura. Kijang tekejut bukan kepalang, dia pucat pasi karena ketakutan.
“Sekarang giliran anda untuk dibakar”, kata kura-kura. Maka masuklah si kijang ke dalam tumpukan kayu apinya.
“Sudah siap?”, kata kura-kura.
“Iya, bakar saja”, kata kijang.
Lalu kura-kura pun membakar kijang tadi. Si kijang menjerit kesakitan karena terpanggang. diapun mati dilahap api. Yang tersisa dari tubuhnya hanyalah tulang pahanya. Kura-kura mengambilnya, dan membuatnya menjadi suling. Sejak saat itu kura-kura dihormati dan tak ada hewan yang mengganggunya.