Definisi Bantuan hidup dasar adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas, membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu (Alkatiri, 2007). Bantuan hidup dasar adalah fase perawatan dari luar yang menunjang sirkulasi dan respirasi korban henti jantug dan nafas melalui RJP (John A, 1989) Bantuan hidup dasar adalah cara sistematik untuk menolong orang yang membutuhkan sokongan terhadap sirkulasi dan nafas dengan cara RJP dalam keadaan darurat dan tidak ada alat emergency. (Barbara, A, 2008)
Tujuan Bantuan Hidup Dasar
Bantuan hidup dasar merupakan bagian pengelolaaan darurat medik yang bertujuan (Modul Kardiovaskuler, 2012) :
1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi melalui pengenalan dan intervensi segera.
2. Memberikan bantuan nafas saja atau kombinasi dengan bantuan sirkulasi eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang mengalami henti jantung atau nafas melalui RJP.
Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar
Pada pelaksanaan BHD, kita mengenal prinsip A B C, dimana A B C adalah singkatan dari Airway, Breathing, dan Circulation.
AIRWAY CONTROL (Pembebasan Jalan Nafas)
Tahap pertama pada RJP adalah menjaga jalan nafas supaya tetap bebas. Tetapi sebelum itu dilakukan beberapa langkah yaitu :
1. Memastikan keamanan, apakah lingkungan aman bagi diri sendiri dan korban
2. Memastikan kesadaran pasien, kita dapat melakukannya dengan cara menyentuh, menggoyang-goyang bahunya (kecuali dicurigai trauma servikal), serta memanggil dengan lantang : Pak! Bu! Dik! Kak!
3. Meminta pertolongan. Jika dipastikan tidak memiliki kesadaran atau tidak memiliki respon segeralah meminta bantuan dengan berteriak : “Tolong, dst”. Jika memakai alat komunikasi beritahukan posisi.
4. Memperbaiki posisi korban. Tindakan BHD efektif ketika korban diberi posisi supine (terlentang), berada pada permukaan rata dan kering. Jika korban dalam posisi terlungkup, balikan badan pasien dengan menjaga agar tidak terjadi cedera/komplikasi
5. Bersiap di posisi. Penolong harus berada sejajar dengan bahu korban agar memudahkan penolong memberi bantuan ventilasi dan sirkulasi.
6. Periksa nadi dan rasakan nafas
Setelah melakukan pembukaan tahap awal diatas, jika ditemukan nadi kemudian lakukan pemeriksaan terhadap jalan nafas. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa jalan nafas bebas dari sumbatan benda asing. Jika ditemukan benda asing, kita dapat membersihkannya dengan cara finger sweep.
Langkah-langkah finger sweep adalah :
1. Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver emaresi)
2. Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapu.
Bila terdapat sumbatan yang tidak bisa ditangani dengan finger sweep, maka dilakukan heimlich manuver. Heimlich manuver di bagi menjadi dua cara yaitu :
a) Abdominal thrust. Cara ini dilakukan jika korban tidak sadar. Caranya dengan memberikan hentakan mendadak (dorongan) dari arah abdomen ke PX.
b) Abdominal thrust posisi berdiri/duduk. Caranya penolong harus berdiri dibelakang korban. Kemudian penolong memeluk korban di bagian abdomen, diatas pusar dan dibawah ujung sternum. Kepalan tangan berada ditengah dengan daerah jempol menempel di abdomen. Berikan hentakan yang cepat ke atas. Cara ini dilakukan dengan kondisi korban yang sadar dan tak mengalami trauma servikal
Untuk membuka jalan nafas lakukan tehnik chin lift atau jaw thrust.
a. Chin Lift:
Menurut AHA cara ini digunakan untuk korban tanpa trauma servikal. Caranya adalah berikan posisi telentang pada pasien. Setelah itu letakan salah satu tangan pada dahi dengan sedikit dorongan kearah belakang pasien sedang tangan yang lain mengangkat dagu. Posisi ini juga memudahkan penolong untuk memberikan nafas buatan kepada korban. Selain itu cara ini membuat penyangga leher korban tegang sehingga lidah tegak dan tak menyumbat jalan nafas.
b. Jaw Thrust
Teknik ini digunakan sebagai pengganti teknik angkat dagu tekan dahi. Teknik ini sangat sulit dilakukan tetapi merupakan teknik yang aman untuk membuka jalan nafas bagi korban yang mengalami trauma pada tulang belakang. Dengan teknik ini, kepala dan leher korban dibuat dalam posisi alami / normal. Cara melakukannya adalah dengan cara mendorong sudut rahang bawah bagian kiri dan kanan kedepan sehingga barisan gigi bawah berada lebih didepan barisan gigi atas.
BREATHING SUPPORT (Bantuan Pernafasan)
Bila pernafasan seseorang terhenti maka penolong harus berupaya untuk memberikan bantuan pernafasan. Teknik yang digunakan untuk memberikan bantuan pernafasan yaitu:
1. Mulut ke masker RJP
2. Mulut ke APD
3. Mulut ke mulut / hidung
Pada kantung masker berkatup (Bag Valve Mask / BVM) frekuensi pemberian nafas buatan:
• Dewasa :10 - 12 x pernafasan / menit, masing-masing 1,5 - 2 detik
• Anak (1-8th) : 20 x pernafasan / menit, masing-masing 1 - 1,5 detik
• Bayi (0-1th) : lebih dari 20 x pernafasan / menit, masing-masing 1 - 1,5 detik
Bahaya bagi penolong yang melakukan bantuan pernafasan dari mulut ke mulut:
- Penyebaran penyakit
- Kontaminasi bahan kimia
- Muntahan penderita
Saat memberikan bantuan pernafasan petunjuk yang dipakai untuk menentukan cukup tidaknya udara yang dimasukkan adalah gerakan naiknya dada. Jangan sampai memberikan udara yang berlebihan karena dapat mengakibatkan udara juga masuk dalam lambung sehingga menyebabkan muntah dan mungkin akan menimbulkan kerusakan pada paru-paru. Jika terjadi penyumbatan jalan nafas maka lakukan kembali Airway Control seperti yang dijelaskan diatas. Sekali memberikan ventilasi berdurasi sekitar 6 detik.
Beberapa tanda-tanda pernafasan:
Adekuat (mencukupi)
• Dada dan perut bergerak naik dan turun seirama dengan pernafasan
• Udara terdengar dan terasa saat keluar dari mulut / hidung
• Korban tampak nyaman
• Frekuensinya cukup (12-20 x/menit)
Kurang Adekuat (kurang mencukupi)
• Gerakan dada kurang baik
• Ada suara nafas tambahan
• Kerja otot bantu nafas
• Sianosis (kulit kebiruan)
• Frekuensi kurang atau berlebihan
• Perubahan status mental
Tidak Bernafas
• Tidak ada gerakan dada dan perut
• Tidak terdengar aliran udara melalui mulut atau hidung
• Tidak terasa hembusan nafas dari mulut atau hidung
CIRCULATORY SUPPORT (Bantuan Sirkulasi)
Ketika melakukan tahap awal, jika nadi tidak teraba sama sekali, maka circulatory support dilakukan terlebih dahulu. Tindakan paling penting pada bantuan sirkulasi adalah Pijatan Jantung Luar. Pijatan Jantung Luar dapat dilakukan mengingat sebagian besar jantung terletak diantara tulang dada dan tulang punggung sehingga penekanan dari luar dapat menyebabkan terjadinya efek pompa pada jantung yang dinilai cukup untuk mengatur peredaran darah minimal pada keadaan mati klinis.
Penekanan dilakukan pada garis tengah tulang dada 2 jari di atas PX. Kedalaman penekanan disesuaikan dengan kelompok usia penderita.
• Dewasa : 4 - 5 cm
• Anak : 2,5 - 4 cm
• bayi : 1,5 - 2,5 cm
Secara umum posisi pemberian RJP adalah dengan satu telapak tangan dibawah sedang telapak tangan yg lain menggenggam erat diatasnya. Jari tidak boleh menyentuh dada korban. Lengkung pangkal telapak tangan bawah diletakan diatas sternum dan menjadi tumpuan. Posisi bahu dan titik tekan adalah tegak lurus. Tekanan diberikan tegak lurus menggunakan berat badan (tumpuan pada bahu), jaga posisi tangan tetap lurus. Pada orang dewasa lakukan kompresi 30 kali dan ventilasi 2 kali.
Pada bayi dan anak, posisi jantung terletak relative agak tinggi ketimbang orang dewasa. Penekanan dilakukan pada sekitar tengah sternum. Pada anak penekanan dilakukan cukup satu tangan saja, sedangkan untuk bayi kita menggunakan ujung 2 jari saja.
RJP untuk satu penolong.
Pada kasus gawat darurat tanpa ada penolong lainnya, si penolong harus berlutut disamping korban, melakukan RJP 30 : 2 selama 5 siklus. Dalam kondisi ini, si penolong harus melakukan kompresi dan ventilasi sekaligus. Setiap 5 siklus, si penolong harus mengevaluasi nadi dan pernafasan. Jika nadi sudah ada sedangkan pernafasan belum ada, periksa airway dan pembebasan jalan nafas.
Untuk dua penolong
RJP dilakukan dengan dua orang penolong memiliki kelebihan seperti adanya pembagian tugas penolong, yaitu kompresor dan ventilator, dan selain itu dapat terjadi pergantian peran antar keduanya. Disini perbandingan kompresi dan ventilasi pada orang dewasa persiklusnya adalah tetap 30 : 2. Sedangkan pada anak dan bayi perbandingannya adalah 15 : 2. RJP dilakukan sampai korban memiliki nadi yang terasa dan stabil, atau meninggal yang ditandai dengan dilatasi pupil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar